2015 Reading Challenge

2015 Reading Challenge
Lien has read 0 books toward her goal of 48 books.
hide

Popular Posts

Blogroll

Diberdayakan oleh Blogger.
my read shelf:
Lien's book recommendations, liked quotes, book clubs, book trivia, book lists (read shelf)
Minggu, 25 Januari 2015
Judul Asli : Red 
Penulis : Fhily Anastasya
Desainer : Chyntia Yanetha
Penata Isi : Abdurrahman
Penerbit : PT.Grasindo
Cetakan : I, 2014
Tebal: 306 Halaman
ISBN : 978-602-251-723-8
Sinopsis Buku :
Top of Form
Bottom of Form
Top of Form
Bottom of Form
Top of Form
Bottom of Form
Pernahkah kau diduakan? 
Arlani Kayana, gadis 23 tahun, penyuka warna merah yang bekerja di sebuah redaksi majalah. Mempunyai kenangan buruk dengan lelaki di masa lalunya. Ia selalu menjadi korban perselingkuhan. Baik itu dengan (mantan) sahabatnya sendiri ataupun dengan lima orang sekaligus. Dari trauma itulah yang membuat Lani tidak pernah mau menjalin hubungan yang serius dengan pria.
Ya, ini sebuah kisah tentang orang yang diduakan... 
Suatu hari atasannya memberikan ia tugas yang membuatnya harus mengorek kembali masa lalunya yang suram itu. Sebuah perbincangan dengan sahabatnya, Manda membuatnya melontarkan sebuah candaan yang mungkin akan mengubah takdirnya ke depannya.
Tapi dari sisi orang kedua itu sendiri...
Takdir membawanya bertemu kembali dengan seorang lelaki asing ber-tuxedo putih yang mengajaknya berdansa di sebuah pesta. Lelaki itu malah membawanya pada hubungan yang tidak bisa diterima oleh logikanya. Tapi hati berhasil mengubah segala logika yang ada. Namun cinta juga yang membuatnya menjadi lebih runyam.
Karena terkadang, yang pertama bukan selalu yang utama.
Mampukah Lani menemukan apa makna “merah” yang sebenarnya seperti yang dikatakan Raga pada pertemuan pertama mereka?
***Review***
“Mungkin benar. Cinta itu menyakitkan. Tidak ada yang lebih sakit dari patah hati. Tapi jika kita ingin belajar untuk mencintai lagi. Kita harus belajar untuk memberikan kepercayaan lebih dulu” (Hal.255).
Berturut-turut di dua-kan, pastinya “sakitnya tuh disini” *gaya Cita Citata*, itulah yang dirasakan Arlani Kayana, gadis yang memfavoritkan warna merah selama hidupnya. Belum lagi sembuh luka yang dialami Lani, akibat dari Yohan, kekasih yang dulu affair sama sahabat sendiri, Lani mencoba menjalin hubungan baru. Sebut saja Nathan lelaki berwajah oriental, malah dapatnya di lima-kan oleh dia, tragis memang.. bagaimana itu tidak membuat Lani trauma berhubungan serius atas apa yang dia alami selama ini. Lani pun mencoba untuk move on. “Tapi bagaimana caranya? Lani berpikir keras. Yang pasti pertama ia harus punya tekad untuk mau melakukannya. Dan ia memang sudah bertekad. Jadi saatnya mengambil langkah” (Hal.14).
“Jangan stuck pada masa lalu!” (Hal.17).
Di suatu pagi, yang menurut Lani adalah pagi terburuk di tempat ia bekerja. Pasalnya sang bos besar Pak Bob Suganda memberinya sebuah tugas akhir tahun bertema cinta untuk membuat sebuah artikel Love Story. Lani bingung, kisah cinta macam apa yang ingin ia tulis, dengan bercanda ia meminta tolong sama sahabatnya Cyntia Amanda (Manda) “Jadi begini, aku pengin mencoba. Hm, jadi selingkuhan orang, pengin mencoba rasanya jadi selingkuhan itu kayak gimana” (Hal.20). Alhasil membuat Manda menyebut Lani gila karena perkataannya tadi, “Calm down, Man, aku masih waras kok” (Hal.20), begitu kata Lani untuk meyakinkan kewarasannya.
Ketika itu, weekend, Manda mengajak Lani ikut serta di acara reunian teman-teman SMP Manda se-gank (gank Kolot) di sebuah restoran. Disana Lani berkenalan, berkumpul dengan teman Manda yang lain yakni Diva, Raisa, Vano, Adrian, Steve serta Raga. Raga itu.. “lelaki tinggi berdada bidang, dengan model rambut peaked cut dan mata sayunya yang menjadi ciri khasnya…Wajah lelaki itu sungguh familiar. Sepertinya ia pernah bertemu dengan lelaki itu. Tapi dimana ya? Lani lupa (Hal.23). Akhirnya ia baru ingat tentang Raga, ternyata dia lelaki bertuxedo putih yang ia temui di malam sebuah pesta dansa, yang memanggil Lani dengan sebutan “Gadis Merah” kala itu.
“… cinta bukan kuasa manusia” (Hal.288).
Lani merasa kesepian saat kepergian Manda bertugas selama beberapa waktu ke depan, sebagai fotografer keluar negeri atas proyek akhir tahun Love Story tersebut. Manda sempat berpesan ke Lani untuk tidak terlalu akrab dengan Raga yang notebene sudah punya pacar bernama Tiaranti Santika alias Tiara, anak tunggal sang Bos tempat mereka bekerja. Manda takut kalau-kalau Lani masih serius [bercanda] ingin menjadi selingkuhan orang.
“Bagaimana mungkin ada seorang gadis yang mau dijadikan selingkuhan? Bukankah semua gadis tidak mau dijadikan orang ketiga” (Hal.20).
Secara tidak disengaja Lani bertemu Raga lagi di sebuah restoran siap saji. Kemudian mereka berbincang dan lunch bersama, dan Lani saat itu menjadi tahu bahwa Raga bekerja sebagai seorang Volunteer di UNICEF tanpa digaji, sebuah pekerjaan yang membuat Lani penasaran untuk ikut mencoba kegiatan tersebut. Juga secara perlahan Lani mulai kagum dengan sosok Diraga Carakka.  
“Bekerja hanya untuk cari uang itu banyak, tapi kalau bekerja untuk cari pahala di surga ‘kan limited” (Hal.34).
Kedekatan Lani semakin intens dengan Raga, karena sama-sama mengikuti kegiatan volunteer di UNICEF tiap weekendnya. Lani sangat senang dengan kegiatan barunya ini dan bertemu teman-teman rekan sesama UNICEF, sebut saja Agatha, Manuel, Dazza, Pras serta Fika (sahabat pacar Raga, Tiara). Dan dalam kegiatan tersebut Lani juga pernah di pertemukan dengan Karen, anak kecil berwajah innoncent pengidap ODHA/terinfeksi Aids, yang Lani dan Raga sayangi seperti adik sendiri. Benih-benih rasa cinta, sayang, perhatian timbul tanpa mereka sadari berdua yang berujung “Hubungan Tanpa Status”. Bahkan Raga sempat membeberkan sebuah rahasia kepada Lani, mandat dari almarhum kakaknya, Putra. Ya, sebuah alasan dan kenyataan hidup yang mempertemukan mereka.
“…hanya dengan mengedipkan mata, sesuatu akan terjadi dengan perubahan, dan saat kita menantikannya, meski kita nggak pernah merencanakan hal ini, bisa jadi hal ini berhubungan dengan masa depan yang nggak pernah bisa kita bayangkan” (Hal.107).
“Cinta itu buta, karena dia tidak melihat dengan siapa aku jatuh cinta bahkan dengan pacar orang. Oh konyol! Cinta itu bisu, karena kadang hanya tersimpan di dalam hati tak bisa diungkapkan. Oh dramatis! Cinta itu tuli, karena tidak bisa mendengar pertanyaanku tadi. Tidak peduli kepada siapa akan jatuh cinta. Saat cupid melepas panah asmaranya. Aku tidak bisa menolaknya” (Hal.211).
Sebuah hubungan diam-diam, inilah awal dari masalah. Manda sangat shock dan penuh emosi, mengetahui kenyataan cinta terlarang Lani dan Raga, karena dua orang tersebut merupakan sahabat-sahabatnya, hal ini membuat hubungan persahabatan mereka merenggang. Lani sangat terpukul sahabatnya menjauh dan tidak bisa memaafkannya, serta karena Raga tidak bisa membuat keputusan saat itu.
“Inilah persahabatan. Kadang pasang, kadang surut. Yang bertahan adalah yang kuat menghadapi gelombang. Itulah yang dinamakan sahabat sejati” (Hal.255).
Sebenarnya Tiara juga tahu affairnya Raga dan Lani dari informasi sahabatnya Fika, tetapi dia hanya mendiamkan karena tidak melihat secara langsung. Tiara hanya bisa meluapkan perasaaan galaunya kepada Fika.
“Menjadi dewasa memang tidak mudah. Ini adalah sebuah proses dari pendewasaan diri. Dunia semakin terasa berat untuk dihadapi. Masalah hidup silih berganti. Tapi hidup tanpa masalah, hambar” (Hal.224).
Sebuah pilihan yang mana akan dijalani Raga?
***
RED ini katanya (sumber: ucapan terima kasih di buku tsb), awalnya dari tulisan sang penulis, Fhily Anastasya di Wattpad (saya belum baca versi asli itu apakah serupa atau ada revisi) yang terinspirasi dari penggalan lirik penyanyi idola penulis, Taylor Swift dan novelis Nicholas Sparks. Untuk sang penulis, thanks for giveawaynya, terus berkarya lagi yaa ;)
To the point, seandainya saja penokohan dari sudut pandang Raga itu di perbanyak, agar pembaca (termasuk saya) tidak mengira bahwa Raga itu plin-plan ?. Untuk kedepannya diharapkan jikalau buku ini dicetak ulang agar lebih diteliti penulisan kata-katanya, lumayanlah tebaran typonya, antara lain:
--Hal.61> Lani yang masih mengenakan piamanya merasakan dingin itu menebus. [menembus],
Hal.104> Dia nggak salah jatuh kamu, orangnya baik. [mungkin maksudnya pilih?],
Hal.146> Heh! Jangan kurang ngajar ya jadi anak. [mestinya kurang ajar ya?], 
Hal.105> Tweets Tiara> tiarantisntika: pen liat pake mata kepala sendiri :( [pengen],
Hal.179> Nggak apa-apa Man, cuma tersendak doang. [tersedak]. Etc,--
Buku ini memang bertema kisah cinta segitiga serta pengkhianatan yang manis [Aaa…*gaya suara manja*], dengan ending yang membuat kita ingin meraih tissu, namun di pertengahan chapter ada juga kok yang bikin pembaca ketawa ngakak :D
 picture copied from: https://www.goodreads.com/book/show/23360912-red
Rabu, 07 Januari 2015
Judul : Pasangan Sempurna
Judul Asli : Perfect Match
Penulis : Jodi Picoult
Alih bahasa : Julanda Tantani
Penerbit : PT.Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, Mei 2010
Tebal: 504 Halaman
ISBN : 978-979-22-5768-7
Sinopsis Buku :
Nina Frost, pengacara untuk anak-anak yang dianiaya. Bekerja keras memastikan sistem hukum yang memiliki banyak lubang bisa menahan para pelaku kejahatan di belakang terali. Tapi ketika anak laki-lakinya yang berusia lima tahun, Nathaniel, mengalami trauma karena penganiayaan seksual, Nina dan suaminya, Caleb---seorang pengrajin batu yang tenang dan praktis---hancur, tercabik-cabik dalam amarah dan keputusasaan di hadapan sistem pengadilan yang menggelikan, sesuatu yang Nina kenal dengan baik. Dengan mudahnya kejujuran dan pembelaan absolut Nina dijungkirbalikkan, dan dengan membabi buta dia mencari sendiri keadilan bagi anaknya---apa pun konsekuensinya, apa pun pengorbanannya.
***Review***
Perfect Match, buku yang terdiri dari 9 bab dengan 3 bagian alur cerita sangat mendebarkan menurut saya. Penceritaan tiga tokoh sentral sebuah keluarga di Maine, yakni Caleb, Nina Maurier Frost dan seorang anak laki-laki lima tahun bernama Nathaniel Patrick Frost. Di bagian pertama, mereka tergambar sebagai keluarga harmonis, Caleb “Ia perajin batu-- jalan setapak dari bata, perapian, anak tangga dari granit dan dinding batu (Hal.18). Dia pria yang pintar, tapi juga cermat dan berhati-hati” (Hal.19). Sedangkan Nina berprofesi sebagai asisten Jaksa Wilayah, menangani kasus penganiayaan seksual terutama yang korbannya anak-anak, merupakan pekerjaan yang selalu dicintainya.
Keluarga tersebut tiba-tiba terusik dengan perubahan anak mereka, Nathaniel bocah berambut pirang dan bermata coklat itu tidak lagi menjadi biasanya yang riang dan ceria, malah terlihat  sedikit lesu, mulai ngompol lagi padahal dia sudah bisa pipis ditoilet selama tiga tahun) dan tak mau berbicara. Nina merasa ada yang tidak beres dengan anaknya, selain karena perubahan-perubahan itu serta berdasar pengamatan Miss Lydia (pengajar sekolah), Nathaniel menjadi agresif disekolah dengan merusak pekerjaan anak-anak lain, dan saat jam bermain di lapangan Nathaniel terjatuh keras karena mencoba melompat di ketinggian mainan JungleGym yang dipanjatmya.
Nina dan Caleb berupaya memeriksakan Nathaniel ke tempat praktek dokter anak. Dr.Ortis berpendapat “kadang-kadang apa yang kelihatannya seperti penyakit fisik ternyata bukan penyebabnya (Hal.54), dan mengusulkan untuk memeriksakan Nathaniel lebih lanjut ke dokter spesialis, tepatnya Psikiater Dr. Christine Robichaud di Portland. Nathaniel sedang mengalami kelainan somatoform, yang membuatnya bisu tanpa ada penyebab fisik (Hal.74), menurut diagnosa Dr.Robichaud. Di saat orangtuanya berbincang dengan dokter tersebut, Nathaniel yang sudah mulai merasa bosan dengan aktivitas mewarna dengan krayon-krayon, dia melihat sebuah boneka anak laki-laki. Di atas pangkuannya, dia memegangi boneka yang ditelungkupkan. Dengan tangan lain, dia menusukkan krayon di pantat boneka itu (Hal.58). Walaupun tanpa bicara, perasaan dan hati orangtua mana yang tidak perih melihat bukti nyata kebenaran yang diperlihatkan seorang anak lima tahun, Nathaniel ternyata dilukai secara seksual. Dr.Robichaud kemudian meneruskan informasi ini ke Monica LaFlamme, seorang petugas bagian Penganiayaan Anak di Bureau of Children untuk ditindaklanjuti sebagai kasus.
“Aku pernah bertemu para penganiaya anak-anak. Mereka tidak mengenakan tanda, merek, atau tato yang menunjukkan perbuatan mereka. Semuanya tersembunyi, di balik senyum kebapakan yang ramah; tersimpan di belakang kemeja yang terkancing rapi. Mereka tampak seperti kebanyakan dari kita, dan justru itulah yang sangat menakutkan—mengetahui monster-monster itu bergerak di antara kita, dan kita tak bisa mengenali mereka” (hal.105).
Nina berusaha membangun komunikasi dengan Nathaniel yang mendadak bisu melalui bahasa isyarat berbekal panduan Buku Isyarat Amerika. Sayangnya dugaan tersangka mengarah kepada Caleb, saat Nathaniel berulangkali mengisyaratkan kata “bapak” dengan tangannya, padahal Caleb sendiri mencurigai Patrick Ducharme, seorang Detektif di Biddeford sekaligus sahabat dekat Nina sebagai pelakunya. Karena berbagai dugaan keluarga tersebut mulai pecah, Nathaniel pun frustasi karenanya, dalam hatinya yang dia maksudkan bukan itu. Di ruang praktek Dr.Robichaud Nathaniel merobek-robek Buku Isyarat Amerikanya dengan kesal dan tertegun melihat kertas yang judulnya ada Simbol-simbol Religius, akhinya gambar isyarat inilah yang dia cari dan ingin ditunjukkan.
Dengan bantuan kepolisian setempat serta Letnan Patrick (seseorang yang mencintai Nina diam-diam semenjak kecil), kasus tersebut mulai ada titik terangnya dan pedofil tersebut ditahan walaupun menyangkal. Terdakwa sampai pada persidangan penuntutan perdana pada tanggal 13 Oktober 2001 untuk diadili, sayang Nina bertindak sendiri dan spontan saat terdakwa memasuki tempat, menembak terdakwa dengan empat peluru secara bertubi-tubi. “Aku melakukan apa yang harus kulakukan” (hal.179) sahut Nina kepada Patrick.
***
“Ubahlah sudut pandangmu, dan perfektifmu akan benar-benar berbeda” (Hal.9).
“Merasa dikhianati, patah hati, dan merasakan kepedihan putranya, dia mulai kehilangan pegangan atas apa yang yang benar dan apa yang salah ”(Hal.391).
“Kita semua diajari untuk mempertahankan diri, kita semua diajari untuk membela orang-orang yang kita sayangi” (Hal. 469).
Alur bagian kedua dan ketiga tidak kalah mengejutkan dan mengaduk emosi, juga ada beberapa tokoh terbaru yang dimunculkan sehingga menambah kayanya jalan cerita. Dengan riset yang matang, Jodi Picoult pandai membuat konflik di buku ini, sehingga pembaca dibuat penasaran untuk segera menuntaskan per babnya. Bagaimana dengan kehidupan Nina, Caleb dan Nathaniel sebagai sebuah keluarga pasca kejadian itu?, Apakah Nathaniel dapat berbicara kembali dan menghilangkan traumanya?, Bagaimana dengan Patrick, sahabat sekaligus laki-laki yang juga mencintai Nina, apakah berhasil merebut hatinya?
“Setidaknya, rasa iri muncul karena menginginkan sesuatu yang bukan milikmu. Tapi rasa sedih muncul karena kehilangan sesuatu yang tadinya kau miliki” (Hal.403).
Dan sedikit kekurangan dari buku ini, terdapat typo di Hal. 218 disebutkan uang jaminan terbilang sepuluh ribu dollar, padahal di Hal. 215 ditulis dan dtetapkan sebesar 100.000 dollar. Adapun pelajaran yang dapat ditangkap dari buku ini:
1) Dalam kehidupan bersosial anak-anak dengan orang lain, baik yang sudah dikenal, maupun yang baru dikenal, sebaiknya orangtua memberikan sedikit pengetahuan tentang pendidikan seksual [dengan bahasa yang dipahami anak tentunya], agar anak-anak bisa berhati-hati dalam menjaga diri,
2) Dalam bertindak, berpikir panjanglah dahulu dan pikirkan juga sebab-akibat yang terjadi nantinya.
Untuk pembaca yang biasa suka menikmati cerita yang sedikit serius dengan tema drama keluarga hubungan ibu-anak, memuat romance dan detektif, serta bersinggungan dengan dunia hukum dan medis, buku ini saya rekomendasikan untuk Anda baca :)